Ada berita
tercecer dan cukup menarik dari Pidato Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada
penutup Tanwir Muahammadiyah di Ambon, Minggu (26/2/2017), Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla sempat mengakui bahwa hingga sekarang pengamalan keadilan
sosial pada sila kelima Pancasila untuk rakyat Indonesia bukanlah hal mudah.
Bahkan Yusuf Kalla jujur menilai pengamalan Keadilan sosial belum cukup dijalankan sebagaimana mustinya. Hal ini diungkapkan Yusuf Kalla , ketika menanggapi rumusan atau tuntutan lima point hasil Tanwir Muhammadiyah di Ambon. Salah satu point pentingnya Muhammadiyah menyerukan pentingnya kedaulatan dan keadilan Sosial.
Bahkan Yusuf Kalla jujur menilai pengamalan Keadilan sosial belum cukup dijalankan sebagaimana mustinya. Hal ini diungkapkan Yusuf Kalla , ketika menanggapi rumusan atau tuntutan lima point hasil Tanwir Muhammadiyah di Ambon. Salah satu point pentingnya Muhammadiyah menyerukan pentingnya kedaulatan dan keadilan Sosial.
"Saya sependapat dengan Buya Hamka bahwa
Pancasila adalah hal yang bukan kita tidak laksanakan, hanya sila kelima yang
paling sulit dan paling ketat kita laksanakan karena itulah adalah sangat tepat
Muhammadiyah pada tanwir ini membicarakan hal itu untuk hari ini dan ke depan,
tanpa itu bangsa ini akan tercecer," ungkap Kalla. (Kompas.com, 26/2/2017)
Apakah
keadilan sosial itu ?
Saya disini
tidak akan membicarakan definisi keadilan itu sendiri.
Ilustrasi yang
dikemukakan oleh Yusuf Kala saat itu menurut saya cukup mengena. Lantas Yusuf
Kala menuturkan betapa sukarnya menerapkan keadilan sosial sila ke lima
Pancasila dilapangan . Ia mencontohkan kasus nyata yang ia alami yaitu kasus
Banjir yang melanda sebagian besar wilayah Jakarta dan menjadi masalah serius
seluruh warga Jakarta hingga saat ini.
"Saya
memberikan contoh yang sederhana, pada tahun 2013, pada Februari banjir besar
di Jakarta. Tapi di Jakarta ada beberapa pintu air untuk melindungi beberapa
daerah yang penting, salah satu pintu air di Manggarai. Kenapa ada pintu air di
Manggarai, agar Menteng jangan banjir," ujar nya.
lalu lanjut
Yusuf Kalla, “ diikawasan Menteng itu ada Kantor Muhammadiyah dan juga rumah
saya . “ Tambahnya..
Saat banjir
tiba, pintu air Manggarai langsung ditutup dan dijaga polisi, dengan begitu
kawasan Menteng aman dari banjir. Masih menurut Yusuf Kalla Namun terjadi
sebaliknya. Warga Manggarai sekitar komplain. Akibat saat hujan deras melanda
Jakarta dan pintu air Manggarai tidak dibuka , rakyat yang tinggal di situ
kebanjiran, mereka marah marah “ Ujarnya
Melihat
kondisi itu , “ akhirnya Gubernur Basuki dengan terpaksa membuka pintu air dan
banjirlah Menteng sampai ke Istana, dan orang Manggarai tepuk tangan bahwa dia
telah sama dengan siapa pun. Keadilan tercapai," ungkapnya.
Apakah keadilan seperti itu yang kita inginkan
? Keadilan yang bisa sama rata dan sama rasa kita harapkan ?
Tentu saja bukan.
Sebenarnya keadilan yang kita harapkan menurut Yusuf Kalla adalah wilayah
Menteng tidak banjir, tapi wilayah Manggarai dan semuanya wilayah Jakarta juga
tidak banjir.
Ada ada saja Wakil Presiden Yusuf Kalla ini ,
menyindir kasus Banjir Jakarta dengan ribetnya menerapkan Keadilan Sosial
ditengah masyarakat Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar