Wajar ,
Kalau Telegram diblokir
Kompas.com memberitakan
bahwa Kementerian Komunikasi dan informasi sejak tanggal 14 juli lalu secara resmi memblokir domain name
system aplikasi telegram .Pembelokiran karena aplikasi perpesanan instan buatan Rusia ini jadi sarana Kominikasi
form teroris. Ditebali Presiden RI, Jokowi, bahwa Pemerintah menutup
Telegram tiada lain karena belakangan ini telegram digunakan sebagai jalur komunikasi
untuk hal hal berbau teroris.
“ Pemerintah mendeteksi ada
ribuan aktivitas kumunikasi antar negara dalam aplikasi tersebut yang mengarah
kepada aktivitas terorisme “ Ujar Jokowi ketika memberi keterangan kepada Wartawan sesuasai
memberikan kuliah umum pada pendidikan Politik Akademi Partai Nasdem di Jakrta
( 16/7/20)
Menurut Direktur Jenderal
Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, pemblokiran
terpaksa harus dilakukan karena banyak sekali saluran (channel) yang ada di layanan
tersebut bermuatan negatif.“Banyak mengandung propaganda radikalisme, terorisme, paham kebencian, ajakan atau cara merakit bom, cara melakukan penyerangan, disturbing images, dan lain-lain yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia,” Ujar Samuel di Jakarta.
Pada 2015, Masih menurut Samuel, kelompok teroris Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS) terendus memanfaatkan Telegram untuk menyebarkan propaganda mereka.” Ujar Samuel.
Ke sebelas DNS yang diblokir Kominfo yakni t.me, telegram.me, telegram.org, core.telegram.org, desktop.telegram.org, macos.telegram.org, web.telegram.org, venus.web.telegram.org, pluto.web.telegram.org, flora.web.telegram.org, dan flora-1.web.telegram.org.
Walaupun Latar belakang
penutupan Telegram sudah di jelaskan
Jokowi, bahwa bahwa tiada lain tujuan penutupan Telegram itu hanyalah untuk memotong
lintas komunikasi aktivitas terkait Teroris, namun upaya Jokowi untuk mencegah masuknya berbagai paham
radikal terlait Teroris ke Indonesia nampaknya
tidaklah mudah.
Di masyarakat terjadi kontraversi . pro dan kontra . Ada beberapa elemen
masyarakat yang antara lain yang dimotori oleh Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon malah
menilai kebijakan Pemerintah menutup Telegram terlalu gegabah.Dengan
diblokirnya Telegram menurut fadli Zon Indonesia sekarang saat ini sikapnya
sama seperti negeri China memblokir seluruh aplikasi yang bukan milik
pemerintah.
Bahwa teroris di Indonesia bukan ilusi, tapi nyata . Sebagai
contoh Berita teranyar yang dikutip dari BBC Indonesia, dengan Judul : Serangan
teroris di Tuban: Enam pelaku tewas dalam 'kontak tembak' dengan polisi(8/4/2017)
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol
Machfud Arifin mengungkapkan Ada enam orang
terduga teroris yang tewas dalam kontak
tembak dengan aparat kepolisian di sekitar perkampungan Desa Suwalan, Kecamatan
Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. hal itu dalam keterangan pers di
Mapolres Tuban, Sabtu (8/4/2017) malam. "Yang jelas, ada kaitannya teroris, kelompok Jemaah Ansharut Daulah, JAD," ungkap Machfud Amin, saat ditanya wartawan tentang kepastian kaitan enam terduga pelaku penyerangan tersebut dengan kelompok teroris.
Masih terkait dengan teroris, berita teranyar seperti
-
Ada 400 eks
napi teroris di Indonesia
-
Ledakan Bom
di bandung , seorang pelaku berhasil dilumpuhkan
-
Sel sel
tertorisme di Indonesia , makin sulit dideteksi
-
15 orang
terduga ledakan bom di Samarinda
-
Dan masih
banyak lagi.
Maka penulis kurang sependapat dengan
Legislator fadli Zon. Yang berkeberatan dengan penutupan aplikasi Telegram.
Dengan hancurnya Negara ISIS di Jazirah Arab, maka tidak tertutup kemungkinan
pentolan pentolan isis akan mencari lahan baru diluar jazirah arab. Salah
satunya yang sudah terjadi adalah paham Isis yang terdapat di Filipina Selatan.
Tentu saja Indonesia sebagai negara Islam terbesar didunia dan selaku
pengekspor Jihadis ISIS kedua di Jazirah Arab, Indonesia tidak akan lepas dari
incaran ISIS. Sebagaimana dideteksi pemerintah bahwa kelompok teroris Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS) terendus memanfaatkan Telegram termasuk ke Indonesia , untuk menyebarkan propaganda mereka, untuk menyebarluaskan pahamnya , mencari simpatisan dan merekrerut anggota baru ISIS dengan cara memanfaatkan aplikasi Telegram.
Faktanya indonesia menempati peringkat kedua di dunia dalam daftar jumlah jihadis asing yang bergabung dalam kelompok Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS) yang ditangkap di Turki.
Peringkat
pertama ditempati oleh Rusia, sementara posisi ketiga, keempat dan kelima,
masing-masing diduduki Tajikistan, Irak dan Prancis.
Berdasarkan
data resmi yang diungkap oleh Kementerian Dalam Negeri Turki, dari total 4.957
militan asing ISIS yang ditangkap di Turki, warga Rusia berjumlah 804 orang dan
warga Indonesia mencapai 435 orang.
Maka sebelum nasi menjadi bubur
,maka benarlah Pak Jokowi menutup
aplikasi Telegram di Indonesia dalam rangka NKRIKembali ke judul “ Wajar kalau Telegram di Blokir “
Sumber :
1.
Kompas.com
2.
BBC Indonesia
3.
Tanda
seru.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar