Jumat, 24 Maret 2017

Ironi Sekandal E KTP, Sabam tinggal satu atap dengan 8 kambingnya.



sumber  : Photo   Tribu Lampung

Dibalik  riuh rendahnya  berita tentang sekandal korupsi mega proyek E KTP yang menyedot perhatian masyarakat  dan  melibatkan para elit politik dan pejabat papan atas  pemerintahan Indonesia dan telah merugikan keuangan negara tak kurang dari Rp.2,3 Triliun, ada sebuah berita miris yang luput dari perhatian publik . Diberitakan oleh beberapa harian lokal dan On line di propinsi Lampung. Ada satu keluarga di Kabupaten Lampung Tengah , tepatnya di kampung Terbagi Besar Kabupaten Lampung Tengah , akibat  kemiskinan sudah tujuh tahun harus tinggal satu atap dengan delapan ekor kambingnya.


Pak Sabam (50) , begutulah panggilannya , selaku kepala keluarga  , yang sehari harinya dikenal sebagai penambal ban, mengaku sudah hidup tak layak itu  tak kurang 7 tahun.Masih menurut Sabam, dulu dia tidak jatuh seperti sekerang ini. dia pernah punya rumah gubuk  ukuran  3 x 6 meter, namun sekitar 5 bulan  lalu, rumah gubuknya itu diterjang  angin puting beliung .Karena tak ada biaya untuk memperbaiki gubuknya, maka jadilah dia dan isterinya beserta tiga anaknya terpaksa  tinggal satu atap dibawah  terpal bersama sama kambing peliharaannya.

Guna membiayai hidup keluarganya, sehari harinya dia  menambal ban dan alat kompresor yang dipakainya,  dipinjami warga yang berbaik hati. Penghasilannya dari tambal ban  tak menentu kadang Rp.20 ribu sampai Rp.30.ribu,- seharinya. Selain itu kadang kadang ada pemberian orang lain , ketika ia disuruh orang belanja dan lain lain.


Uang haram E KTP Bisa bangun 25 ribu rumah untuk rakyat miskin.

Sementara itu sebenarnya banyak sekali  Sabam Sabam yang lain yang hidup tak layak  dibawah garis kemiskinan yang tak terekspos kepermukaan.

Salah satunya dialami jamilah (44) warga Payanibung 2, Desa Seibuluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai,Sumatera Utara.
Ibu tiga anak ini harus tinggal dirumah reot selama 10 tahun dan  tidur hanya beralaskan  tikar. Kondisi rumah berdinding  tepas  sawit dari bawah sampai atas rumah tanpa batu pondasi,  makan seadanya, namun  ibu tiga anak itu ,tetap berupaya menghidupi tiga anaknya yang sudah bertahan  selama 10 tahun tinggal dirumah tidak layak huni tersebut  Hal itu semata mata karena ketiadaan uang untuk  memperbaiki rumah, sementara suaminya hanya sebagai buruh tani dengan gaji tidak mencukupi.

Menurut  Badan Pusat Statistik (BPS) , Pada tahun 2016,  jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia per September 2016 mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen).  Artinya Orang miskin seperti pak sabam dan ibu Kamila itu
diseluruh Indonesia tak kurang dari 37,76 Juta orang. Jumlah rakyat miskin Indonesia  cukup besar. Melebihi jumlah penduduk negara Singapura yang pada tahun 2014 hanya 5.470.000 jiwa.

Mengingat jumlah uang yang haram E KTP yang dimakan para elit politik itu sangat besar ,  maka tentu saja publik sekarang ini sedang menunggu dan sekaligus  meminta kepada KPK agar tidak bermain main dalam menuntaskan sekandal korupsi E KTP yang melibatkan pejabat politik papan atas.

Sebagai perbandingan ,  menurut Peneliti Transparency International Indonesia (TII) Agus Sarwono, uang Rp.2,3  triliun yang dikorup para elit politik tersebut seharusnya bisa membantu masyarakat kecil dan peningkatan pelayan Publik.
Dicontohkan oleh Agus , kerugian negara Rp.2,3 Trilun dari E KTP itu seharusnya dapat melayani gratis ibu melahirkan. Artinya dana itu bisa membantu 4 juta lebih ibu meklahirkan dengan asumsi biaya melahirkan di daerah Rp.600 ribu /perorang (Suara 19/3/2017)

Lantas  ada pilihan lain uang haram Rp.2,3 Triluyan E KTP yang ditilap para elit politik tersebut  , bisa juga dimanfaatkan untuk  membantu orang orang miskin seperti apa yang terjadi dengan keluarga Sabam (50)  di Kampung Terbanggi Lampung Tengah dan Ibu jamilah jamilah (44) warga Payanibung 2, Desa Seibuluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai,Sumatera Utara.
Dana sebesar Rp.2,3Trilun itu bisa membangun rumah mereka warga  miskin sebanyak 25 ribu rumah dengan asumsi setiap rumah  Rp. 92 Juta. Minimal uang yang dikorup para elit poilitik sekandal E KTP  sudah dapat mengurangi penderitaan dan kemelaratan  rakyat miskin Indonesia dengan membantu memperbaiki sebanyak 25 ribu rumah mereka.
Benarlah ada adigium, akibat korupsi itulah yang menjadikan  rakyat Indonesia melarat hingga  sekarang ini.

Berdasarkan catatan KPK, uang korupsi para koruptor itu, sebagian besar dipergunakan mereka untuk berpoya poya, Uang haram yang mereka tilap mereka belikan rumah mewah, mobil mewah, perkebunan serta  pelesir sekeluarga keluar negari.

Sungguh ironi memang, didalam kondisi yang lain, terdapat rakyat miskin sebanyak 37 juta orang lebih yang masih memerlukan ulur tangan  untuk hanya sekedar bisa hidup layak seperti yang terjadi dengan Pak Sabam di Lampung Tengah dan ibu jamila di Kabupaten Serdang  Sumatera Utara .  Ibu jamilah tidur hanya beralas tikar di gubuk reot sementara Pak Sabam  tidur berdesak desakan dengan anak anaknya seatap dengan 8 kambing peliharaannya.
 Ironi... memang !!!
Kontradiksi  kehidupan para koruptor uang haram E KTP dengan rakyat miskin Indonesia terlalutimpang dan  nyata .

Para koruptor E KTP, hidup berpoya poya , beli rumah megah dan mobil mewah,  sementara ibu jamila tidur di gubuk reot hanya beralaskan tikar dan makan seadanya serta Pak Sabam (50) tidur berdesak desakan dengan anaknya seatap dengan 8 kambing peliharaannya.
Ironi memang...
Kembali ke judul, Ironi skandal  E KTP, Sabam tinggal satu atap dengan 8 kambingnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wajar jika Telegram di Blokir

  Wajar , Kalau Telegram diblokir Kompas.com memberitakan bahwa Kementerian Komunikasi dan informasi sejak tanggal 14 juli   l...