![]() |
sumber : Photo Tribu Lampung |
Dibalik riuh rendahnya berita tentang sekandal korupsi mega proyek E KTP yang menyedot perhatian masyarakat dan melibatkan para elit politik dan pejabat papan atas pemerintahan Indonesia dan telah merugikan keuangan negara tak kurang dari Rp.2,3 Triliun, ada sebuah berita miris yang luput dari perhatian publik . Diberitakan oleh beberapa harian lokal dan On line di propinsi Lampung. Ada satu keluarga di Kabupaten Lampung Tengah , tepatnya di kampung Terbagi Besar Kabupaten Lampung Tengah , akibat kemiskinan sudah tujuh tahun harus tinggal satu atap dengan delapan ekor kambingnya.
Pak Sabam
(50) , begutulah panggilannya , selaku kepala keluarga , yang sehari harinya dikenal sebagai penambal
ban, mengaku sudah hidup tak layak itu tak kurang 7 tahun.Masih menurut Sabam, dulu dia
tidak jatuh seperti sekerang ini. dia pernah punya rumah gubuk ukuran 3 x 6 meter, namun sekitar 5 bulan lalu, rumah gubuknya itu diterjang angin puting beliung .Karena tak ada biaya
untuk memperbaiki gubuknya, maka jadilah dia dan isterinya beserta tiga anaknya
terpaksa tinggal satu atap dibawah terpal bersama sama kambing peliharaannya.
Guna
membiayai hidup keluarganya, sehari harinya dia menambal ban dan alat kompresor yang
dipakainya, dipinjami warga yang berbaik
hati. Penghasilannya dari tambal ban tak
menentu kadang Rp.20 ribu sampai Rp.30.ribu,- seharinya. Selain itu kadang
kadang ada pemberian orang lain , ketika ia disuruh orang belanja dan lain
lain.
Uang
haram E KTP Bisa bangun 25 ribu rumah untuk rakyat miskin.
Sementara
itu sebenarnya banyak sekali Sabam Sabam
yang lain yang hidup tak layak dibawah
garis kemiskinan yang tak terekspos kepermukaan.
Salah satunya dialami jamilah (44)
warga Payanibung 2, Desa Seibuluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang
Bedagai,Sumatera Utara.
Ibu tiga anak ini harus tinggal
dirumah reot selama 10 tahun dan tidur hanya
beralaskan tikar. Kondisi rumah
berdinding tepas sawit dari bawah
sampai atas rumah tanpa batu pondasi, makan
seadanya, namun ibu tiga anak itu ,tetap
berupaya menghidupi tiga anaknya yang sudah bertahan selama 10 tahun tinggal dirumah tidak layak
huni tersebut Hal itu semata mata karena
ketiadaan uang untuk memperbaiki rumah,
sementara suaminya hanya sebagai buruh tani dengan gaji tidak mencukupi.
Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) , Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia per
September 2016 mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen). Artinya Orang miskin seperti pak sabam dan
ibu Kamila itu
diseluruh Indonesia tak kurang dari 37,76 Juta orang. Jumlah rakyat
miskin Indonesia cukup besar. Melebihi
jumlah penduduk negara Singapura yang pada tahun 2014 hanya 5.470.000 jiwa.
Mengingat jumlah uang yang haram E KTP yang dimakan para elit
politik itu sangat besar , maka tentu
saja publik sekarang ini sedang menunggu dan sekaligus meminta kepada KPK agar tidak bermain main
dalam menuntaskan sekandal korupsi E KTP yang melibatkan pejabat politik papan
atas.
Sebagai
perbandingan , menurut Peneliti
Transparency International Indonesia (TII) Agus Sarwono, uang Rp.2,3 triliun yang dikorup para elit politik tersebut
seharusnya bisa membantu masyarakat kecil dan peningkatan pelayan Publik.
Dicontohkan
oleh Agus , kerugian negara Rp.2,3 Trilun dari E KTP itu seharusnya dapat
melayani gratis ibu melahirkan. Artinya dana itu bisa membantu 4 juta lebih ibu
meklahirkan dengan asumsi biaya melahirkan di daerah Rp.600 ribu /perorang
(Suara 19/3/2017)
Lantas ada pilihan lain uang haram Rp.2,3 Triluyan E
KTP yang ditilap para elit politik tersebut , bisa juga dimanfaatkan untuk membantu orang orang miskin seperti apa yang
terjadi dengan keluarga Sabam (50) di
Kampung Terbanggi Lampung Tengah dan Ibu jamilah jamilah (44) warga Payanibung 2, Desa Seibuluh,
Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai,Sumatera Utara.
Dana sebesar Rp.2,3Trilun itu bisa
membangun rumah mereka warga miskin sebanyak
25 ribu rumah dengan asumsi setiap rumah
Rp. 92 Juta. Minimal uang yang dikorup para elit poilitik sekandal E
KTP sudah dapat mengurangi penderitaan
dan kemelaratan rakyat miskin Indonesia
dengan membantu memperbaiki sebanyak 25 ribu rumah mereka.
Benarlah ada adigium, akibat korupsi
itulah yang menjadikan rakyat Indonesia
melarat hingga sekarang ini.
Berdasarkan catatan KPK, uang korupsi
para koruptor itu, sebagian besar dipergunakan mereka untuk berpoya poya, Uang
haram yang mereka tilap mereka belikan rumah mewah, mobil mewah, perkebunan serta
pelesir sekeluarga keluar negari.
Sungguh ironi memang, didalam kondisi
yang lain, terdapat rakyat miskin sebanyak 37 juta orang lebih yang masih memerlukan
ulur tangan untuk hanya sekedar bisa hidup
layak seperti yang terjadi dengan Pak Sabam di Lampung Tengah dan ibu jamila di
Kabupaten Serdang Sumatera Utara . Ibu jamilah tidur hanya beralas tikar di
gubuk reot sementara Pak Sabam tidur berdesak
desakan dengan anak anaknya seatap dengan 8 kambing peliharaannya.
Ironi... memang !!!
Kontradiksi kehidupan para koruptor uang haram E KTP
dengan rakyat miskin Indonesia terlalutimpang dan nyata .
Para koruptor E KTP, hidup berpoya poya , beli rumah megah
dan mobil mewah, sementara ibu jamila tidur
di gubuk reot hanya beralaskan tikar dan makan seadanya serta Pak Sabam (50) tidur
berdesak desakan dengan anaknya seatap dengan 8 kambing peliharaannya.
Ironi memang...
Kembali ke judul, Ironi skandal
E KTP, Sabam tinggal satu atap dengan 8 kambingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar